Budaya Kue Kering Lebaran
Bulan Ramadhan telah tiba dan diikuti oleh perayaan yang paling dinantikan oleh umat Muslim, yaitu Lebaran. Selain sebagai momen untuk bersilaturahmi dan bersyukur, Lebaran juga identik dengan berbagai macam makanan khas, salah satunya adalah kue kering. Kue kering merupakan salah satu jenis makanan yang selalu ada dalam hidangan Lebaran di setiap daerah di Indonesia. Tidak hanya lezat dan menggugah selera, kue kering juga memiliki makna dan filosofi yang berbeda di setiap daerah.
Di Jawa Barat, terdapat kue kering yang disebut dengan Nastar. Nastar yang terbuat dari tepung terigu, gula, dan mentega ini memiliki bentuk bulat kecil dan memiliki isi selai nanas di dalamnya. Nastar memiliki makna yang cukup mendalam, di mana bentuk bulatnya melambangkan kesatuan dan persatuan, sedangkan isian nanas melambangkan rasa manisnya persaudaraan dan kehangatan keluarga saat berkumpul bersama.
Sementara itu, di Jawa Timur terdapat kue kering yang disebut dengan Kastengel. Kastengel merupakan kue kering yang terbuat dari campuran tepung terigu, mentega, dan keju. Bentuknya yang persegi dan memiliki tekstur yang renyah melambangkan keteguhan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Kastengel juga dianggap sebagai simbol dari kesederhanaan dan kebahagiaan yang dapat diperoleh dari hal-hal yang sederhana.
Di Sumatera Barat, terdapat kue kering yang bernama Kaastengels. Berbeda dengan kastengel yang berasal dari Jawa Timur, Kaastengels merupakan kue kering khas Minangkabau yang terbuat dari tepung beras dan gula. Namun, tidak seperti Kastengel, Kaastengels memiliki bentuk yang lebih unik, yaitu seperti bentuk sepatu kuda. Hal ini berkaitan dengan adat Minangkabau yang memiliki tradisi menunggang kuda yang didukung oleh kekayaan dan keberanian.
Tidak ketinggalan, daerah Aceh juga memiliki kue kering khas Lebaran yang disebut dengan Putu Mayang. Kue ini terbuat dari tepung beras dan santan yang dibentuk menjadi serabut panjang dan direbus dalam air gula. Putu Mayang memiliki makna yang melambangkan keinginan untuk hidup yang manis dan baik-baik saja.
Selain empat daerah di atas, masih banyak lagi jenis kue kering Lebaran yang berasal dari daerah lain di Indonesia seperti Bolu Kukus dari Jawa Tengah, Keripik Kacang Mede dari Sulawesi Utara, dan Kue Nenek dari Kalimantan Selatan. Setiap kue kering tersebut memiliki makna dan filosofi yang berbeda-beda, namun semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu untuk mempererat silaturahmi dan menikmati momen Lebaran dengan bahagia.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kue kering merupakan bagian dari budaya Lebaran yang tidak dapat dipisahkan. Selain sebagai hidangan yang lezat, kue kering juga memiliki makna dan filosofi yang kaya dalam setiap jenisnya. Dengan adanya ragam jenis kue kering yang berbeda di setiap daerah, menjadikan Lebaran semakin istimewa dan mengingatkan kita bahwa keberagaman budaya di Indonesia adalah salah satu hal yang patut kita syukuri. Marilah kita rayakan Lebaran dengan saling menghormati dan memahami budaya satu sama lain. Selamat Hari Raya Idul Fitri!
Penulis Lepas Kontributor Topwisata.info